Sejarah Alat Musik Angklung dan Jenisnya
4 mins read

Sejarah Alat Musik Angklung dan Jenisnya

Sejarah Alat Musik Angklung dan Jenisnya – Angklung adalah alat musik tradisional Jawa Barat. Cara memainkannya relatif mudah, cukup dengan menggoyangkannya hingga mengeluarkan bunyi.

Sejarah Alat Musik Angklung dan JenisnyaSejarah Alat Musik Angklung dan Jenisnya

theaddamsfamilymusicalstore – Di antara sekian banyak alat musik asli Indonesia, angklung telah terdaftar di UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak November 2010. Jadi bagaimana sejarah angklung? Apa saja jenis-jenisnya dan bagaimana cara memainkannya dengan benar? Simak penjelasannya di bawah ini.
Sejarah angklung.

Mengutip dari Jurnal Petabudaya Pembelajaran Kemdikbud, Selasa (21/3/2023), angklung adalah alat musik yang dibuat dengan cara merangkai beberapa batang bambu. Dalam sejarah kerajaan Sunda (abad ke-12-16), angklung dimainkan untuk memuja Nyai Sri Pohachi sebagai simbol Dewi Sri (dewi padi). Dalam Kidung Sunda, angklung dikatakan telah digunakan untuk menyemangati mereka selama pertempuran.

Baca juga : Mengenal Lebih Jauh Tentang Royalti Musik Dan Tarifnya

Menurut Dr Groenemann, angklung sudah ada di nusantara sebelum masa Hindu. Alat musik ini dibuat menyerupai alat musik karun yang terbuat dari bambu dengan ukuran yang berbeda sesuai dengan nada bunyinya.

Menurut teori lain, angklung ditemukan pada abad ke-7 di daerah Jawab Barat oleh seorang petani yang sedang bermain di kebunnya. Ketika petani tersebut mendengar suara bambu yang bergerak tertiup angin, ia mencoba menciptakan suara yang sama dengan menggunakan bambu dengan ukuran yang berbeda.

Angklung mulai dikenal oleh seorang seniman pada abad ke-19. Seniman tersebut menggunakan alat musik ini dalam pertunjukan teater dan wayang.

Seiring berjalannya waktu, angklung akhirnya mendapatkan pengakuan internasional: Sekelompok seniman Indonesia yang dipimpin oleh Daeng Soetigna membawa angklung ke luar negeri dan menampilkannya di Paris pada tahun 1938. Pada saat itu, Indonesia masih berada di bawah penjajahan Belanda.
Jenis-jenis angklung

Ada empat jenis angklung yang harus Anda ketahui mulai dari angklung dogdog lojor, angklung kanekes, angklung gubrag dan angklung padaeng, berikut penjelasannya:
Angklung Dogdog Lojor.

Angklung ini dapat ditemukan di sekitar Gunung Halimun di Jawa Barat, digunakan oleh komunitas Kesepuhan Panther atau kesatuan adat Banten Kidul. Mereka menggunakan angklung dalam upacara penanaman tradisi Dogdog Lojor.

Sejak Islam masuk ke wilayah tersebut, kesenian Dogdog Lojor juga digunakan untuk mengiringi pernikahan dan khitanan. Ada enam alat musik yang digunakan dalam kesenian ini, termasuk dua dogdog lojor dan empat angklung besar yang terdiri dari angklung gonggong, kingking, panembal, dan inlock.
Angklung Kanekes

Angklung kanekes dapat ditemukan di Banten. Alat musik ini dimainkan oleh suku Kanekes, suku Baduy yang mengiringi upacara-upacara pertanian.

Meskipun angklung mereka sudah tua, namun masyarakat Baduy masih memegangnya saat menanam padi di ladang, seperti yang dicontohkan oleh nenek moyang mereka.

Sayangnya, tidak semua orang Baduy bisa membuat angklung. Hanya keturunan pembuat angklung yang berhak membuat alat musik ini.

Nama-nama angklung di Kanekes

Indung
Ringkulung
Dongdong
Gunjin
Enkulok
Indun Lutik
Trolok
Roel

Angklung Gublag

Angklung gublag adalah alat musik tertua yang digunakan untuk memuja dewi padi. Angklung ini ditemukan di desa Cipinang, Cigdang, Bogor, Jawa Barat.

Ketika desa Cipinang sedang dalam musim paceklik, keberadaan angklung gublag mulai muncul. Angklung ini digunakan dalam ritual untuk meminta air kepada Dewi Sri (dewi padi) yang enggan menurunkan hujan.

Hingga saat ini, angklung gublag digunakan untuk kegiatan merak pare (menanam padi), ngungjal pare (mengangkut padi) dan ngadukeun (mengisi lumbung padi).
Angklung Paden.

Baca juga :Daftar Buku Paling Sering Dicari Sepanjang Masa

Angklung Padeng dipopulerkan pada tahun 1938 oleh Daeng Soetigna, bapak angklung diatonis kromatis. Angklung ini merupakan bentuk inovasi yang dibuat oleh Daeng dengan menggunakan komponen dasar teori musik Barat.

Secara khusus, angklung padeng dibagi menjadi dua kelompok: angklung melodi dan angklung pengiring. Inovasi ini diikuti dengan munculnya angklung-angklung lain yang terus berkembang, seperti Angklung Salinande, Arumba, Angklung Toel dan Angklung Sri Murni.
Cara memainkan angklung

Alat musik angklung dapat dimainkan oleh siapa saja yang mengetahui cara memainkannya. Salah satu caranya adalah dengan memegang bingkai angklung dengan satu tangan dan menggoyangkannya dengan tangan yang lain untuk menghasilkan suara. Berikut adalah beberapa cara dasar untuk menggoyangkan angklung:
1. Kulung (getaran)

Teknik yang sering digunakan saat memainkan angklung adalah teknik kulung (getaran). Seperti yang telah dijelaskan di atas, teknik ini menggunakan kedua tangan untuk memainkannya. Cukup pegang bingkai unklung dan goyangkan dengan tangan yang lain hingga menghasilkan nada yang diinginkan.
2. Setk (centruk).

Teknik ini dapat dilakukan dengan cara menarik pipa bass dengan jari-jari ke dalam telapak tangan kanan secara cepat. Setelah itu, unklung menghasilkan suara yang sebelumnya disebut staccato.
3. Tankep.

Teknik tankep hampir mirip dengan Kullung. Namun, bedanya, salah satu ujung tabung ditahan agar tidak bergetar.