Mengenal Alat Musik Sasando
6 mins read

Mengenal Alat Musik Sasando

Mengenal Alat Musik Sasando – Alat Sasando berasal dari Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT). Alat musik ini merupakan produk budaya lokal yang sudah terkenal di luar negeri. Sasando merupakan alat musik petik yang dimainkan dengan cara dipetik. Alat musik ini hampir sama dengan kecapi atau kecapi musik tradisional lainnya. Namun Sasando mempunyai bunyi yang unik.

Mengenal Alat Musik Sasando

Mengenal Alat Musik Sasando

theaddamsfamilymusicalstore – Sasando biasanya dimainkan dengan kedua tangan dari arah yang berlawanan. Tangan kanan digunakan untuk memainkan akord dan tangan kiri untuk memainkan bass atau melodi. Memainkan sasando memerlukan keterampilan dan harmoni untuk menghasilkan suara yang merdu. Pemain sasando memerlukan latihan dan keterampilan untuk memainkan alat musik ini. Kerajinan itu mempengaruhi tempo dan suara sassand. Sasando sebagai kekayaan budaya Indonesia mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Hal tersebut tidak lepas dari nilai sejarah yang menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Sasando memiliki suara indah yang mampu menangkap dan mengekspresikan berbagai nuansa dan emosi. Oleh karena itu, sasando digunakan di daerah asalnya sebagai musik ringan untuk mengungkapkan kesedihan dan kegembiraan. Generasi rakyat harus memahami Sasando dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, refleksi internal juga merupakan cara untuk memahami abstraksi. Secara fungsional, kehadiran Sasando dalam kehidupan masyarakat dapat dimaknai melalui apa yang disebut nilai-nilai internal dan eksternal sebagai bagian dari pemahaman peristiwa akustik musik Sasando itu sendiri. Sasando dipasang pada resonator pertama dengan sebuah cincin dan sebagai ciri khusus dilengkapi dengan resonator kedua yang terbuat dari daun lontar, yang juga berfungsi sebagai aksesori. Banyak pohon palem tumbuh liar di dalam dan sekitar Timor.

 

Baca Jugaa : Pilihan Generator Cover Lagu AI Terbaik 2024 

 

Terdiri dari dataran sangat tipis dan perbukitan, namun jenis pohon lain tidak mudah tumbuh di kawasan ini. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika penduduk setempat sangat bergantung pada pohon palem selain kerang. Ini mempromosikan apa yang disebut budaya Palmyra. Dengan cara ini, seluruh bagian tanaman lontara bisa dimanfaatkan setiap hari. Buah mudanya dimakan, batang pohonnya dijadikan bahan bangunan, akarnya sebagai obat, dan daunnya sebagai kerajinan. Misalnya wadah air seperti tangki air disebut haiki, saus, topi, cendana dan atap. Istimewanya lagi, daun lontar dapat digunakan sebagai resonator dan aksesoris alat musik Sasando. Daun lontar sangat keras dan tahan lama. Before the invention of paper, palm leaves were used for memos and inscriptions in Asian countries such as India, Pakistan, Bangladesh, Java and Bali.

In practice, Sasando musical instruments have moral values, religious values, educational values, and traditional values. customs, and spiritual values ​​or hopes. That is why the people of NTT, as well as the Indonesian people, continue to preserve this traditional music which has a long history of development over time.

Sasando Musical Instruments

History of the Birth of Sasando Musical Instruments
Sasando musical instruments which are also commonly called sasandu (sounds produced from vibrations ) is the result of the inventor’s inspiration and interaction with nature. From the legends told by the Rote people, there are various versions of the history of the origin of this musical instrument, as follows.

1. Story 1
In the beginning, it is said that a young man named Sangguana (1950s) was stranded in the waters of Ndana Island and was brought by the residents to the King at the Palace. During her stay in this palace, Sangguana’s artistic talent quickly became known to many people and the princess was fascinated by her abilities.

She asked Sangguana to make a tool that had never existed before. Suatu malam, Sanguana bermimpi sedang memainkan alat musik yang bentuk dan suaranya indah. Terinspirasi dari mimpi tersebut, Sangguana menciptakan sebuah alat musik bernama Sandu (artinya “bergetar”).

Sambil memainkannya, sang putri menanyakan lagu apa yang sedang dimainkan dan Sangguana menjawab “Sari Sandu”. Dia memberikan instrumen ini kepada sang putri. Sang putri kemudian menamainya Depo Hitu. Artinya, begitu talinya disentuh, ketujuh tanda itu mulai bergetar (Yusuf Nggebu dan dimuat di Harian Kompas tahun 2002).

2. Cerita 2
Alat musik Sasando ditemukan oleh dua orang penggembala bernama Lumbilang dan Balilang (diriwayatkan oleh Jeremiah Parr). Mereka membawa daun lontar sambil makan rumput bersama domba dan memetik daun lontar untuk mendapatkan air saat haus di siang hari. Jika Anda ingin melipat bagian tengah sprei berwarna kuning muda, Anda harus melepas sprei tersebut. Jika mereka ingin melepaskan ikatannya, mereka akan menarik talinya.

 

Baca Jugaa : Meningkatkan Perkembangan Industri Gaming 

 

Jika mereka menarik terlalu keras, mereka akan mendengar suara lain. Namun, karena sering diusir, mereka menetap di tongkat. Seiring berjalannya waktu baru disadari jika dirangkai rapat akan menghasilkan nada yang tinggi dan sebaliknya jika dipanjangkan akan menghasilkan nada yang rendah (Sasando Rote, 17 Januari 2008).

Ide Soroba berkembang , akhirnya sebatang bambu ditempelkan pada daun lontar. Senar atau senarnya terbuat dari serat kayu pisang dan kulit kayu luwak yang dikeringkan sehingga menghasilkan suara yang lebih nyaring. (Paul A. Gantung; Sasando, Alat Musik Tradisional Ndao Merah, CV-Verlag. Kairo).

Karena pembuatan Sasando terinspirasi dari karya laba-laba, maka sudah menjadi mitos umum di kalangan masyarakat Rote bahwa jika Anda ingin memainkan sasando anda harus mengambilnya dan menekannya dengan minyak kelapa di jari anda. Inilah sebabnya mengapa instrumen yang dipasang pada haiku beresonansi.

 

Instrumen tersebut beresonansi karena hal ini dan disebut Sandu atau Sanu, yang berarti getaran atau pertarungan. Selain itu alat ini disebut sasando karena merupakan pengulangan dari sasando atau sanusanu yang artinya getaran berulang-ulang. Sasando termasuk dalam jenis bagpipe bambu dalam bidang organologi (ilmu alat musik).

Menurut para ahli musik, bagpipe bambu merupakan alat musik yang berasal dari Asia Tenggara (Filipina, Indonesia, dll). .). ) dan juga ditemukan di Madagaskar dengan nama Valiha atau Ali, yang diperkenalkan karena migrasi dari Asia Tenggara (Stanley Sadiebed. The New Grove Dictionary of Musical Instruments).

Sasand terus berkembang sebentar-sebentar hingga saat ini. diubah ke bentuk pegas dan kualitas suara ditingkatkan. Fifik mulai dari tulangan daun lontar, kulit bambu menjadi senar, senar tunggal menjadi senar ganda, alat elektronik akustik, sasando gong hingga sasando biola.

Perkembangan ini merupakan semacam perubahan pada sasando sebagai alat musik tradisional yang memadukan teknologi modern. Keahlian dan semangat desain Sasando mencerminkan kepribadian dan etos kerja masyarakat Rote karena sangat dinamis dalam bermusik.